Senin, 10 September 2012

Dan Cinta Itu Bersemi di Bulan Desember

Hampir 3 tahun aku memendam perasaanku pada cinta pertamaku. sampai saat itu aku tidak tahu bagaimana kondisi dia. yang aku harapkan saat itu adalah agar aku bisa bertemu dengannya dan mengungkapkan perasaanku padanya agar hatiku lega, tak peduli apa dia mau menerima atau menolakku.
hari-hariku kulewati dengan penantian yang panjang. Rasanya sudah lelah untuk berharap. bahkan untuk membuka hati untuk lelaki lain pun aku tak bisa karena aku takut kehilangan dan ditinggalkan oleh orang yang ku sayangi untuk kedua kalinya. Aku hanya bisa berharap dan berdoa agar dapat dipertemukan dengan orang yang tepat yang bisa mengembalikan lagi senyuman di hatiku, tanpa harus merasakan sakit berkali-kali.


Sampai suatu hari, sahabatku yang kebetulan tetanggaku sendiri mengajakku bertemu dengan temannya. Awalnya aku menolak karena aku malu dengan teman-temannya yang hampir sebagian besar lelaki. tapi karena sahabatku memaksa, aku tidak enak untuk menolaknya. Akhirnya aku ikut saja. 

Saat bersama mereka, aku hanya diam saja, tidak banyak bicara. Bicara seperlunya saja. Aku berkenalan dengan beberapa temannya. Belum ada satupun yang menarik perhatianku. Bagiku mereka semua sama saja.
beberapa hari dari pertemuan itu, ada salah seorang teman sahabatku mengirimkan pesan padaku. Sepertinya dia ingin mengenalku lebih jauh. Setelah beberapa kali kami ber-smsan, aku mendapat sedikit informasi tentangnya yang membuat hatiku sedikit terbuka. Sifatnya, hobinya hampir mirip dengan mantan pacarku dan juga dengan cinta pertamaku, bahkan tanggal lahirnya sama dengan lelaki cinta pertamaku. Saat itu aku memutuskan untuk sedikit demi sedikit membuka pintu hati aku dan mengubur semua perasaan dan kenanganku dengan cinta pertamaku, mungkin dia orang yang dikirim Tuhan  untuk membuat hariku berwarna kembali. 

Ku jalani hariku dengan lebih bersemangat, kami hampir bertemu tiap hari. Dia selalu mengantar jemput aku ke tempat aku les, mengajakku nonton atau sekedar jalan-jalan. Hatiku rasanya mulai sedikit teobati dengan perhatiannya dan caranya memperlakukan aku. Dia juga tak malu-malu mengukapkan perasaannya kepadaku walaupun hanya kata-kata yang sifatnya belum resmi memintaku untuk menjadi kekasihnya. 

Seiring dengan berjalannya waktu, akupun semakin yakin dengan perasaanku kepadanya, dia selalu membuat aku nyaman setiap kali aku bersamanya. Perasaan nyaman yang belum pernah aku dapat dari lelaki manapun. Sampai pada tanggal 2 Desember 2006, dia menyatakan perasaannya kepadaku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Aku tidak ragu untuk menolaknya karena akupun sudah yakin dengan perasaanku. Kami pun resmi berpacaran. Rasanya senang sekali bisa bersamanya, hari-hariku terasa lebih indah dan kembali ceria. saat itu aku berharap dia menjadi cinta sejati dan cinta terakhirku.=)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar